Senin, 11 Februari 2008

NASIONALISME DAN TEKNOLOGI "Kebangkitan Pemuda Merebut Teknologi untuk Bangsa"



a.Membangun Pola Pikir Berjuang Merebut Teknologi
Kasihan bangsa, yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah….
(Kahlil Gibran, Cinta Keindahan Kesunyian) Tidaka kita merasa.....
PEMIKIRAN untuk mengembangkan dan memanfaatkan teknologi di berbagai sektor terutama pada sektor industri baik dalam skala besar maupun industri kecil dan manengah dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan mencapai peningkatan kemampuan sumber daya manusia khususnya bagi pemuda bukan lagi hal baru, akan tetapi hal yang baru pada gagasan ini adalah bagaimana mengiring segala potensi pemuda dan kemampuan teknologi nasional dalam “merebut teknologi itu sendiri”
Jika kita mau relajar dari kegagalan, berapa banyak perusahaan dengan investasi besar dengan konsep alih teknologi tidak sanggup lagi beroperasi. Contoh IPTN yang sekarang menjadi PT.DI, konsep pendiriannya dilaksanakan dengan konsep alih teknologi, dengan harapan agar putra-putri terbaik bangsa dapat mendapatkan alih teknologi pembuatan pesawat dari negara lain. Perusahaan Raksasa tersebut telah menyedot uang negara begitu besar dengan mudahnya jatuh terpuruk dan kini asetnya dijual BPPN dan tidak sedikit menjadi sumber penderitaan rakyat serta mengakibatkan banyaknya terjadi pengangguran teknokrat?
Yang menjadi pertanyaan seberapa jauh kita mampu mengalihkan teknologi pembuatan pesawat terbang tersebut? Saya yakin tidak ada satupun negara yang mau dengan mudah mengalihkan kemampuan teknologi negaranya kepada negara lain walaupun telah dibayar mahal..
Mungkin hasilnya akan jauh berbeda jika pendirian PT. Dirgantara Indonesia tidak meninggalkan jejak pendirinya dahulu dimana membuat pesawat dengan kemampuan yang dimiliki sendiri dengan hanya mendapatkan ilmu sebagai bahan perbandingan serta berupaya “mencuri” ilmu yang dimiliki oleh negara lain.

b. Pola Pikir Penguasaan Teknologi Yang Terbangun
Belum lama ini seorang teman baik saya baru saja kembali dari german menyelesaikan program S3 di bidang mesin pembangkit listrik, keberankatan beliau ke German untuk memperdalam bidang perancangan Generator listrik dengan harapan ketika selesai study beliau yakin akan mampu membuat generator listrik yang akan diproduksi di dalam negeri. Lengkapnya cita-cita beliau hendak merancang generador listrik dengan putaran rendah yang dapat menhasilkan daya listrik besar sehingga dapat digunakan pada pembangkit listrik tenaga angin. Setibanya kembali di indonesia beluai membawa bebarap konsep rancangan yang siap untuk dilaksanakan, tahun pertama di indonesia beliau sangat antusias untuk mewujudkan mimpinya dalam mebuat generator tapi sayangnya sampai pada tahun ke tiga seusia saat melakukan pendidikan di german generator listrik yang dicita-citakan belum juga nampak tanda-tanda jadi, akhirnya pada suatu kesempatan tertentu beliau menyampaiakan keluhannya kepada saya; Srah.. ko’ kalau saya lihat di german itu membuat mesin generator dengan mudah dilakukan oleh orang di bengkel-bengkel kecil di pinggir jalan, dan hasilnya bagus dan mereka mampu menjual produknya kepabrikan besar untuk diberi merek dan dipasarkan secara luas, tapi kalau di indonesia ini saya sudah tiga tahun mulai merancang dan membuat tapi ko’ Belem jadi-jadi ya…semangatnya kurang kali… kata saya, engga’ juga saya sudah mencoba dengan berbagai formula….tapi Belum juga ada hasil… Saya langsung menanyakan kepada teman saya itu seperti ini :
Apaka anda tahu orang german yang mebuat generator di bengkel pinggir jalan itu kalau pagi dia sarapan apa? Putranya berapa? Minuman yang paling beliau senangi minuman apa? istrinya namanya siapa?..... teman saya ini mendadak bingun… aneh kata dia, ngawur kamu srah.. ngapain saya harus tahu masalah yang tidak ada hubungannya dengan teknologi membuat generator listrik yang saya butuhkan..??!!
Nah.. inilah yang saya maksud, sebuah pola fikir yang tidak nyambung… sebuah polah fikir yang dibangun dengan konsep alih teknologi…bukan merbut teknologi… kalau kita mau relajar dari sejarah orang-orang besar dengan karya yang monumental maka kita akan melihat bagaimana awal merka memulai dalam upaya merebut kejayaannya…Makanya dalam bidang teknelogi seorang yang berhaasil mencatatkan HKI teknologi yang mengandung nilai kebaruan atau biasa disebut invensi disebut sebagai inventor atau penemuh bukan peng-alih teknologi, seorang yang sukses dalam bidang bisnispun juga demikian umumnya mereka ádala karyawan yang tekun dan dipercaya oleh pemilik atau pengusahanya lalu kemudaian beralih mendirikan usaha sendiri yang pada akhirnya mampu mengalahkan prusahan diman tempat dia bekerja sebelumnya. Bagaimana mungkin kita dapat dengan mudah mendapatkan sebuah kemampuan yang ditemukan atau dilakoni bertahun-tahun oleh sesorang hanya dalam waktu yang singkat tanpa jurus merebut ¡!!!.
Sebagai ilustrasi, sebuah rumah makan di daerah purwakarta jawa barat sederhana namun sangat ramai pengunjuang karena terkenal dengan menu ayam gorengnya yang disajikan dengan sambel tomat, karena saking ramenya seorang pengusaha bermodal tertarik untuk meminta izin kepada ibu pemilik rumah makan tadi dengan tawaran untuk mendirikan rumah makan dengan nama yang sama dengan membayar lisensi agar sang ibu memberitahu resep mengajarkan cara –cara menggoreng ayam dan membuat sambel tomat, singkatnya ilmu menggoreng ayam dan membuat sambel tomat pun telah dikuasai hanya dalam waktu satu hari belajar. rumah makan yang baru dengan penataan istimewa pun telah berdiri. Diluar dugaan, sudah menginjak 2 tahun rumah makan yang didirikan ditempat yang strategis, penataan yang istimewa dengan strategi bisnis moderen ternyata sangat sepih dari pengunjung, setelah diselidiki ternyata pengunjung rata-rata hanya datang satu kali untuk mencicipi dan setelah itu mereka tidak mau lagi mapir ke rumah makan yang baru tersebut dan kembali makan di rumah makan yang lama milik sang ibu tadi, masalahnya adalah karena rasanya tetap berbeda…lalu dimana letak perbedaannya? Alat penggoreng dan bahan ayam dan sambel serta cara pembuatannya ilmunya sama bersumber dasi sang ibu tadi…tapi ko’ rasanya berbeda aneh juga? Inilah yang disebut dalam istilah “ Transformation Know How” mungkin saja ilmunya sudah terserap habis oleh juru masak yang ada di rumah makan baru tadi, tetapi “know-how”nya yang tidak bisa dengan mudah dia dapatkan dari sang ibu tadi.. Now how ini adalah sesuatu yang dimiliki oleh para pemilik atau penemu teknologi/cara/metode/formula atau apalah namanya yang senantiasa melekat dalam dirinya sehingga merekapun sangat sulit intuk mendeskripsikan..apalagi mentransformasi atau memindahkan ke orang lain..”know how” ini lahir dan tumbuh mengikuti meningkatnya “kehalian” seseorang, dimana “keahlian” adalah sebuah kemampuan yang dilakukan secara berulang-ulang, tentunya yang menjadi modal dasar dalam menemukan kehlian tersebut harus memiliki “Ingenuitas, Kreativitas, dan kontinuitas serta konsistensi “, belajar dari kekagagalan alih teknologi goreng ayam dan membuat sambel tomat diatas maka untuk menjual coto makassar di Jakarta misalnya supaya laris tidak jarang pengusaha memboyong satu keluagra pedagang coto makassar ke Jakarta untuk membuat coto makassar pada rumah makan coto yang mereka buat dan terbukti ramai pengunjung karena rasanya tidak ada bedanya coto makassar yang dijual di makssar.
Tulisan Ini saya ambil dari Buku saya yang sama judulnya dengan posting ini.

Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua...

Read More......